Panduan Modul Ajar Kurikulum Merdeka merupakan acuan bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka di Indonesia. Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dibandingkan kurikulum sebelumnya, dengan tujuan memberikan keleluasaan bagi guru untuk menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan siswa. Berikut adalah poin-poin penting dalam panduan modul ajar Kurikulum Merdeka:
Capaian pembelajaran adalah target kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir suatu fase pembelajaran. Fase ini dibagi berdasarkan jenjang pendidikan:
Fase A (Kelas 1-2 SD)
Fase B (Kelas 3-4 SD)
Fase C (Kelas 5-6 SD)
Fase D (Kelas 7-9 SMP)
Fase E (Kelas 10-12 SMA) Modul ajar harus merujuk pada CP yang sudah ditetapkan sesuai dengan fase siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam satu unit pembelajaran atau satuan waktu tertentu. Tujuan ini harus jelas, terukur, dan relevan dengan CP.
Dalam Kurikulum Merdeka, rumusan Tujuan Pembelajaran harus disusun secara jelas, terukur, dan relevan dengan capaian pembelajaran (CP). Secara umum, rumusan tujuan pembelajaran minimal memuat beberapa elemen berikut:
Tujuan pembelajaran harus mencantumkan kompetensi atau kemampuan yang diharapkan siswa kuasai setelah proses pembelajaran. Kompetensi ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Tujuan pembelajaran harus dapat diukur, sehingga perlu dirumuskan dalam bentuk yang spesifik dan dapat diobservasi. Indikator ini membantu guru dalam mengevaluasi apakah siswa telah mencapai tujuan tersebut.
Tujuan pembelajaran juga perlu merujuk pada konteks pembelajaran, yaitu situasi atau kondisi di mana siswa diharapkan mencapai tujuan tersebut. Ini bisa berupa kegiatan atau metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan kata kerja operasional yang spesifik dan bisa diukur penting untuk merumuskan tujuan pembelajaran, seperti “menjelaskan,” “mengidentifikasi,” “menganalisis,” atau “menciptakan.”
Matematika (Kelas 4 SD):
Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menghitung keliling dan luas bangun datar dengan menggunakan rumus yang sesuai dan mengaitkan hasil perhitungan dengan situasi sehari-hari.
IPA (Kelas 7 SMP):
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menjelaskan proses fotosintesis pada tumbuhan hijau dan menyajikan hasil pengamatan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dalam bentuk laporan tertulis.
Bahasa Indonesia (Kelas 10 SMA):
Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita pendek yang dibaca, serta menyampaikan hasil analisis dalam diskusi kelas dengan bahasa yang efektif dan komunikatif.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran minimal harus mencakup kompetensi yang diharapkan, indikator keberhasilan, konteks pembelajaran, dan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur. Ini memastikan bahwa tujuan tersebut dapat dievaluasi dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka mengintegrasikan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila yang meliputi:
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
Berkebinekaan global.
Gotong royong.
Mandiri.
Bernalar kritis.
Kreatif.
Untuk memilih nilainilai profil mana yang dikuatkan dalam pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen awal untuk mengetahui kebutuhan peserta didik tentan profil mana yang perlu dikuatkan.
Modul ajar diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengaitkan materi dengan konteks lokal atau lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa dapat memahami relevansi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran kontekstual sangat ditekankan, terutama mengaitkan materi ajar dengan konteks lokal atau lingkungan di sekitar siswa. Berikut adalah beberapa contoh penerapan konteks lokal dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran:
Konteks Lokal: Pasar tradisional.
Contoh Penerapan: Guru mengajak siswa untuk menghitung jumlah barang yang dibeli di pasar tradisional, seperti sayuran atau buah-buahan. Mereka juga bisa menghitung harga barang setelah diskon atau membandingkan harga di berbagai kios. Selain itu, guru bisa meminta siswa membuat grafik sederhana dari data harga barang yang mereka temui.
Konteks Lokal: Lingkungan sekitar (sungai, kebun, hutan, pantai).
Contoh Penerapan: Ketika mempelajari ekosistem, guru dapat membawa siswa untuk mengamati kehidupan di sekitar sungai atau hutan yang ada di dekat sekolah. Siswa bisa belajar mengenai rantai makanan, keanekaragaman hayati, atau dampak pencemaran lingkungan. Guru juga bisa mengaitkan pembahasan tentang konservasi alam dengan isu lingkungan yang sedang terjadi di daerah tersebut.
Konteks Lokal: Sejarah lokal atau budaya setempat.
Contoh Penerapan: Siswa diajak untuk mempelajari sejarah desa atau kota mereka, termasuk tokoh-tokoh lokal yang berpengaruh atau peristiwa sejarah yang penting. Selain itu, siswa juga bisa mempelajari tradisi, adat istiadat, dan kebudayaan khas daerah mereka. Guru bisa mengajak siswa membuat presentasi atau proyek terkait sejarah lokal, seperti mengunjungi situs bersejarah atau mewawancarai tokoh masyarakat.
Konteks Lokal: Karya sastra atau cerita rakyat daerah setempat.
Contoh Penerapan: Siswa membaca dan menganalisis cerita rakyat atau legenda yang berasal dari daerah mereka, seperti legenda Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat atau legenda Danau Toba di Sumatra. Selain itu, siswa juga dapat diminta untuk menulis cerita pendek yang terinspirasi dari budaya atau tradisi daerah mereka.
Konteks Lokal: Seni tradisional dan kerajinan lokal.
Contoh Penerapan: Guru mengajak siswa untuk mempelajari dan mempraktikkan seni atau kerajinan lokal, seperti membuat batik, anyaman, atau patung tradisional. Siswa juga dapat mempelajari tarian, musik, atau upacara adat yang berasal dari daerah mereka. Misalnya, siswa di Bali bisa mempelajari tari Kecak, sedangkan siswa di Jawa bisa belajar mengenai gamelan.
Konteks Lokal: Kearifan lokal dan nilai-nilai gotong royong.
Contoh Penerapan: Guru mengaitkan nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila dengan tradisi gotong royong di desa setempat. Misalnya, siswa dapat mempelajari bagaimana masyarakat di desa mereka bekerja sama dalam acara-acara seperti pernikahan adat atau kegiatan membersihkan lingkungan. Ini memberikan contoh konkret mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Konteks Lokal: Olahraga tradisional.
Contoh Penerapan: Guru bisa mengajak siswa untuk mempelajari dan memainkan olahraga tradisional yang ada di daerah mereka, seperti egrang, gobak sodor, atau karapan sapi (di Madura). Selain belajar tentang permainan fisik, siswa juga bisa belajar tentang sejarah dan nilai budaya yang melekat pada permainan tersebut.
Konteks Lokal: Kegiatan ekonomi di daerah.
Contoh Penerapan: Guru bisa mengajak siswa untuk mempelajari bagaimana ekonomi daerah mereka berkembang, seperti pertanian, perikanan, atau industri kecil. Misalnya, di daerah pedesaan, siswa bisa belajar tentang sistem tanam padi dan memahami bagaimana proses distribusi hasil pertanian ke pasar lokal dan kota besar.
Dengan mengaitkan pembelajaran dengan konteks lokal, siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan karena materi tersebut terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ini juga membantu menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan dan budaya lokal mereka.
Pembelajaran berbasis proyek memberikan ruang kepada siswa untuk terlibat aktif dalam menemukan solusi dari permasalahan nyata di lingkungan mereka. Hal ini sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran aktif dan partisipatif.
Modul ajar juga harus mencantumkan strategi asesmen yang variatif, seperti:
Asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Asesmen formatif untuk mengevaluasi proses belajar dan memberikan umpan balik selama pembelajaran berlangsung.
Asesmen sumatif untuk menilai hasil akhir setelah proses pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, modul ajar harus mempertimbangkan perbedaan individu siswa, baik dari segi gaya belajar, minat, maupun kecepatan belajar. Oleh karena itu, guru didorong untuk menyediakan materi atau kegiatan belajar yang beragam.
Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi guru dalam menyusun modul ajar sesuai dengan konteks kelas dan karakteristik siswa. Hal ini mendorong pembelajaran yang lebih relevan, menyenangkan, dan menantang.
Informasi Umum: berisi identitas, mata pelajaran, fase/kelas, dan topik pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran: dijabarkan dengan jelas sesuai dengan CP.
Materi Pembelajaran: dapat berupa materi pokok, sumber belajar, dan alat peraga yang digunakan.
Kegiatan Pembelajaran: terdiri dari kegiatan inti, pendahuluan, dan penutup.
Asesmen: berisi cara menilai proses dan hasil belajar siswa, beserta alat asesmennya.
Dengan panduan ini, guru memiliki kerangka yang jelas dalam merancang modul ajar yang responsif terhadap kebutuhan siswa dan mendukung pembelajaran yang lebih personal dan fleksibel. Panduan Pembelajaran dan Asesmen yang memuat pembahasan tentang modul ajar terbaru dapat di download di bawah ini.